Dari Pejuang Pemekaran Menjadi Kenangan: Ketika Dinasti Politik Mengambil Alih Narasi di Halmahera Selatan - WARTA GLOBAL MALUT

Mobile Menu

Pendaftaran Jurnalis

Klik

More News

logoblog

Dari Pejuang Pemekaran Menjadi Kenangan: Ketika Dinasti Politik Mengambil Alih Narasi di Halmahera Selatan

Saturday, 5 October 2024
                                 Risky Tarfanur

Opini
MalutWARTAGLOBAL.id - Di tengah dinamika politik yang terus berubah, Halmahera Selatan berdiri sebagai saksi bisu perjuangan para pejuang pemekaran Halmahera Selatan yang gigih berjuang untuk nasib daerahnya. Tempat di mana pejuang pemekaran dulunya berjuang tanpa lelah untuk mengubah nasib wilayahnya. Namun, seiring waktu, kita menyaksikan sebuah fenomena yang menarik: dinasti politik datang dan seolah-olah menulis ulang sejarah, mengubah pejuang yang gigih menjadi sekadar kenangan yang tersimpan dalam album keluarga. Mari kita selami drama ini, di mana kepahlawanan bertukar tempat dengan dinasti yang megah.

Drama Keluarga di Panggung Politik
Di Halmahera Selatan, kita tidak hanya menyaksikan pemilihan umum Kepala Daerah (2024), tetapi juga sebuah pertunjukan drama keluarga yang sangat menghibur. Siapa yang butuh pejuang pemekaran ketika kita bisa memiliki keturunan pemimpin yang siap melanjutkan "warisan" keluarga? Slogan-slogan yang berkisar pada "melanjutkan perjuangan" menjadi sangat populer, meskipun tidak ada satu pun yang menyinggung siapa yang sebenarnya berjuang di garis depan.

Ketika para pendahulu berjuang dengan keringat dan air mata, generasi selanjutnya lebih memilih untuk berdiri di podium, mengenakan jas rapi, dan berbicara tentang masa depan yang cerah sambil mengabaikan jasa para pejuang. "Mari kita ingat semua orang yang telah berkontribusi!" seru mereka dengan semangat, sambil menutup mata terhadap para pahlawan yang terlupakan. Tentu saja, para pejuang pemekaran merasa seperti hantu yang melintas di tengah keramaian, hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat drama ini berlangsung.

Membangun Narasi yang Baru
Ketika dinasti politik mengambil alih narasi, kita tidak lagi mendengar cerita tentang perjuangan dan pengorbanan. Sebagai gantinya, kita diperkenalkan pada kisah-kisah yang disusun rapi dan disajikan dengan manis—sebuah narasi yang menonjolkan betapa hebatnya pemimpin yang baru, tanpa menyentuh sedikit pun tentang jasa para pejuang. Slogan seperti "Bersama Kita Membangun!" menjadi sangat populer, meskipun di baliknya ada keheningan yang mencekam dari para pejuang yang terlupakan.

Media pun turut bermain peran dalam drama ini. Dengan penuh semangat, mereka mengangkat berita tentang festival, pencapaian dinasti, dan berbagai acara glamor lainnya, sementara kisah-kisah perjuangan ditumpuk di rak yang berdebu. "Siapa yang peduli dengan sejarah? Mari kita sambut masa depan!" demikian mungkin pikiran yang melintas di benak para jurnalis. Pejuang pemekaran? Oh, mereka hanya menjadi latar belakang yang tidak pernah dijadikan sorotan utama.

Kenangan yang Hilang
Dalam dunia di mana dinasti politik bertumbuh seperti jamur setelah hujan, pejuang pemekaran hanya bisa melihat dari kejauhan. Mereka yang dulunya menjadi pilar harapan kini terkurung dalam kenangan. Lalu, kita bertanya: "Di mana penghargaan untuk perjuangan mereka?" Jawabannya, mungkin, terletak dalam tumpukan janji yang terabaikan dan kata-kata manis yang hanya berfungsi untuk menambah hiasan dalam kampanye.

Seiring dinasti politik terus merajai panggung, kita seolah dipaksa untuk melupakan pejuang pemekaran yang sebenarnya telah membuka jalan bagi semua perubahan yang ada. Dalam arena politk Halmahera Selatan, kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa narasi telah diambil alih, dan pejuang pemekaran hanya bisa berharap agar suatu saat, kisah mereka tidak hanya menjadi kenangan yang terlupakan.

Selamat Tinggal Pejuang, Selamat Datang Dinasti!
Akhirnya, mari kita berikan tepuk tangan untuk dinasti politik yang terus mengambil alih panggung dan mengabaikan perjuangan yang pernah ada. Sepertinya kita tidak butuh pahlawan lagi, karena kita sudah memiliki warisan keluarga yang siap untuk membangun narasi baru.

"Selamat tinggal, pejuang pemekaran! Terima kasih atas segala jasa kalian… oh, tunggu, siapa kalian lagi?" Dengan semangat yang tinggi, dinasti politik melangkah maju, sementara kenangan para pejuang terbang jauh, seolah-olah tertiup angin yang tak terlihat.

Selamat datang di Halmahera Selatan yang baru—di mana pejuang Pemekarang Halmahera Selatan menjadi kenangan dan dinasti politik adalah segalanya!

Reporter: wan

KALI DIBACA

No comments:

Post a Comment