Paskah: Saat Tuhan Menangis dalam Sunyi untuk Menyelamatkan Kita Peringati Jumat Agung / 18 April 2025 - Warta Global Malut

Mobile Menu

Pendaftaran Jurnalis

Klik

More News

logoblog

Paskah: Saat Tuhan Menangis dalam Sunyi untuk Menyelamatkan Kita Peringati Jumat Agung / 18 April 2025

Friday, 18 April 2025


Paskah: Ketika Tuhan Diam dan Manusia Masih Sibuk Berdosa Oleh Isbat Usman Buat Sahabat KU.

Jakarta, 18 April / Jumat Agung 2025Tak ada yang benar-benar siap saat langit mulai menghitam di tengah siang. Tak ada yang benar-benar paham ketika bumi berguncang dan tabir Bait Allah terbelah dua. Hari itu, langit seperti menangis. Bumi seperti menjerit. Tapi manusia? Masih bersorak memaku Tuhan di kayu salib.

Dan Tuhan... diam.

Paskah bukan hanya kisah tentang kebangkitan. Ia dimulai dari sebuah pengkhianatan. Dari ciuman di pipi oleh sahabat yang pernah makan dari roti yang sama. Dari malam penuh doa di taman sunyi, ketika darah menjadi peluh. Dari langkah-langkah kaki tentara yang menyeret Sang Tak Berdosa untuk diadili oleh hati manusia yang telah beku.

Yesus tahu. Ia tahu akan disakiti. Ia tahu akan dihina. Ia tahu akan diludahi, ditelanjangi, disiksa. Tapi Ia tetap berjalan. Satu langkah. Dua langkah. Tiga kali Ia jatuh. Tapi tak sekalipun Ia mundur. Karena yang ada di hadapan-Nya bukan salib. Tapi kita—manusia yang Ia cintai bahkan sebelum kita mengenal-Nya.

Tidakkah hati kita bergetar saat kita tahu bahwa setiap cambukan itu bukan karena kesalahan-Nya, tapi karena dosa kita? Bahwa setiap paku yang menembus tangan dan kaki-Nya adalah bayaran atas lidah kita yang suka berbohong, atas tangan kita yang tak mau memberi, atas mata kita yang kerap memandang dengan nafsu?

Ia tidak perlu mati... tapi Ia memilih mati.

Dan kita? Kita yang seharusnya meratap, justru terus sibuk menyalahkan orang lain. Sibuk mencari kesalahan, sibuk membela diri, sibuk membungkus dosa dengan pembenaran-pembenaran. Kita menangisi hidup kita, tapi tak pernah menangisi dosa kita.

Hari itu, ketika Yesus tergantung di salib, Ia berseru: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?"—Tuhan-Ku, Tuhan-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Itu bukan teriakan putus asa. Itu adalah suara dari kedalaman jiwa yang benar-benar merasakan terpisah dari Sang Sumber Kasih. Ia menanggung keterpisahan yang seharusnya kita tanggung. Ia merasakan neraka, agar kita tidak perlu masuk ke sana.

Saat semua murid-Nya lari, saat dunia membiarkan-Nya sendiri, Ia tetap mengampuni. Bahkan kepada mereka yang memaku tangan-Nya, Ia berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Apakah kita benar-benar tidak tahu?

Kita tahu... Tapi kita pura-pura lupa.

Kita tahu dusta adalah dosa. Tapi kita berdusta demi keuntungan kecil. Kita tahu membenci itu membunuh dalam hati. Tapi kita tetap menyimpan dendam, hari demi hari. Kita tahu tubuh kita adalah bait Allah. Tapi kita cemari dengan perbuatan yang memalukan.

Dan tetap saja… Tuhan diam.

Ia menunggu. Dengan sabar. Dengan luka yang masih terbuka.

Paskah bukan hanya tentang Yesus yang bangkit dari kematian. Paskah adalah tentang kita yang diberi kesempatan untuk bangkit dari dosa-dosa kita yang mematikan. Ia bangkit, bukan agar kita bersukacita dalam pesta belaka. Tapi agar kita sadar, bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, tidak ada hidup yang terlalu rusak untuk dipulihkan.

Tapi… apakah kita sungguh ingin dipulihkan?

Ataukah kita masih nyaman di kubur dosa, sambil berharap cahaya bisa masuk tanpa membuka pintunya?

Paskah adalah panggilan. Panggilan untuk pulang. Untuk menangis di kaki salib. Untuk membasuh kaki-Nya dengan air mata kita yang lama tertahan. Untuk berkata: "Aku lelah, Tuhan… Aku lelah berdosa. Aku rindu Engkau."

Tuhan tidak menuntut kesempurnaan. Ia hanya menanti pertobatan.

Maka duduklah sejenak. Diamlah. Rasakan detak jantungmu. Dengar suara hati yang selama ini kamu bungkam. Ingat kembali dosa-dosa yang kamu tutup rapat. Ingat wajah-wajah yang pernah kamu lukai. Ingat kebaikan-kebaikan yang kamu abaikan. Dan sadarlah… bahwa semua itu sudah ditebus oleh darah yang kudus.

Tangisilah dosamu, bukan karena kamu takut neraka. Tapi karena kamu telah menyakiti Pribadi yang paling mencintaimu.

Paskah mengingatkan: Tuhan sudah memberi segalanya. Kini giliran kita untuk memberi hati kita, sepenuhnya.

Salib telah kosong. Makam telah terbuka. Tapi pintu hatikah yang masih tertutup?

Selamat Paskah. Mari berlutut dalam keheningan. Karena dalam sunyi, Tuhan berbicara paling jelas.


Selamat Paska Buat Sahabat KU DIKSAN HABARI.

Dari Sahabat MU semoga hari-hari Kedepan Menjadi indah dengan saling menghargai karna Karna profesi dan saling mengingatkan sebagai insan berdosa.

Buat semua keluarga KU di Geti, Kailaka, Yaba, Lata-lata, Songa, Wayaua dan Seluruh Maluku Utara yang tak dapat Aku sebutkan Satu Persatu, Selamat Bersuka Cinta.


ISBAT USMAN


KALI DIBACA

No comments:

Post a Comment