"Mandi Safar" Warisan Budaya Yang Masih Terus Dijaga Oleh Masyarakat Desa Buton - Warta Global Malut

Mobile Menu


More News

logoblog

"Mandi Safar" Warisan Budaya Yang Masih Terus Dijaga Oleh Masyarakat Desa Buton

Wednesday, 20 August 2025

WARTAGLOBAL — Obi, 20 Agustus 2025 | Tradisi budaya yang telah diwariskan turun-temurun masih terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Buton, Kecamatan Obi. Salah satunya adalah kegiatan "Mandi Safar", yang kembali digelar pada Rabu (20/08/2025) di aliran sungai Desa Buton. Kegiatan ini menjadi agenda rutin setiap tahun yang digelar masyarakat setempat dalam rangka menyambut datangnya bulan Safar dalam kalender Islam.

Mandi Safar bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sarat dengan nilai kebersamaan, silaturahmi, dan doa untuk keselamatan hidup. Tradisi ini berawal dari keyakinan bahwa bulan Safar sering dikaitkan dengan datangnya musibah atau ujian. Oleh karena itu, masyarakat Desa Buton menjadikan momentum ini sebagai sarana berdoa bersama, memohon perlindungan kepada Allah SWT, sekaligus membersihkan diri, baik secara lahir maupun batin.

Kegiatan dimulai dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Imam Desa Buton, Supardi Lajiba. Dalam doanya, ia mengajak seluruh masyarakat agar selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT, menjauhi segala bentuk musibah, serta diberikan kemudahan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

“Mandi Safar ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga pengingat bahwa kita semua hanyalah hamba Allah yang senantiasa membutuhkan perlindungan dan ridho-Nya. Melalui doa bersama, kita berharap seluruh masyarakat Desa Buton selalu dijauhkan dari bala, penyakit, maupun kesulitan,” ungkap Supardi Lajiba usai memimpin doa.

Setelah doa bersama, masyarakat kemudian melanjutkan acara dengan makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan persaudaraan. Rangkaian kegiatan ditutup dengan mandi bersama di sungai Desa Buton, yang menjadi puncak dari tradisi ini. Mandi bersama tersebut dimaknai sebagai simbol penyucian diri, tidak hanya dari kotoran fisik, tetapi juga dari penyakit hati seperti iri, dengki, dan kesombongan.

Kepala Desa Buton, Amir Lasiti, menegaskan pentingnya menjaga tradisi warisan leluhur ini. Menurutnya, selain memiliki makna spiritual, Mandi Safar juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial antarwarga.

“Saya mengajak seluruh masyarakat Desa Buton untuk terus mempertahankan warisan budaya ini. Mandi Safar bukan sekadar ritual, tetapi juga bagian dari identitas kita sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi kebersamaan, saling peduli, dan terus menjaga silaturahmi. Ini adalah aset budaya yang harus terus diwariskan kepada generasi muda,” jelas Amir Lasiti kepada wartaglobal.id

Hal senada disampaikan oleh Ketua BPD Desa Buton, Nurlia Laibu, yang turut berpartisipasi dalam acara. Ia menilai, kegiatan Mandi Safar menjadi momentum yang sangat baik untuk memperkuat persaudaraan dan mengingatkan masyarakat tentang pentingnya menjaga hati dan niat dalam kehidupan sehari-hari.

“Melalui mandi bersama ini, kita diajak untuk introspeksi diri. Bahwa sebagai manusia, kita tidak hanya perlu membersihkan tubuh, tetapi juga jiwa dan hati kita dari hal-hal yang buruk. Tradisi ini memiliki pesan moral yang kuat untuk seluruh masyarakat, khususnya generasi muda agar tetap rendah hati, saling menghargai, dan tidak terjerumus dalam sifat-sifat tercela,” ujar Nurlia.

Suasana sungai Desa Buton pada hari ini tampak ramai dengan warga dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua yang bersama-sama mengikuti ritual tahunan tersebut. Gelak tawa, canda, serta kebersamaan menjadi pemandangan yang hangat, menandakan bahwa tradisi ini tidak hanya hidup sebagai warisan, tetapi juga nyata menyatukan masyarakat.

Mandi Safar di Desa Buton juga menjadi bentuk rasa syukur masyarakat atas nikmat kesehatan, kehidupan, dan kebersamaan. Dengan doa bersama, makan bersama, serta mandi bersama, kegiatan ini mengandung makna filosofis yang mendalam: membersihkan diri lahir dan batin, mempererat persaudaraan, serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, Mandi Safar juga adalah bukti bahwa masyarakat Desa Buton tidak hanya merawat ritual, tetapi juga menjaga nilai kebersamaan, silaturahmi, dan spiritualitas.


Reporter : Faldi Usman

KALI DIBACA