
Hal-Sel, WARTAGLOBAL.id — Gelombang keberatan muncul dari warga Desa Kawasi terhadap narasi kampanye lingkungan yang dibawa Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dalam sejumlah kegiatan dan pemberitaan publik. Warga menilai pernyataan yang menyebut masyarakat Kawasi sebagai “orang miskin” hingga “minum air lumpur” tidak hanya keliru secara fakta, tetapi juga merendahkan harkat dan martabat mereka sebagai komunitas yang telah lama hidup dan berkembang di kawasan tersebut. Jum'at, 28/11/2025.
Seorang warga yang enggan menyebutkan identitasnya menyampaikan bahwa narasi WALHI telah jauh melenceng dari isu lingkungan yang seharusnya menjadi fokus utama. Ia menilai pernyataan tersebut sudah memasuki ranah stigma sosial yang sangat sensitif dan tidak mencerminkan kondisi Kawasi yang sesungguhnya.
“Pernyataan itu sudah seperti pelecehan bagi masyarakat Kawasi. Kondisi sebenarnya tidak seperti yang mereka sampaikan. Kami hidup layak, kami punya akses. Jadi jangan bawa-bawa narasi yang merendahkan seperti itu,” ujarnya, menekankan bahwa mereka tidak ingin desa mereka digambarkan secara keliru di ruang publik.
Nada serupa disampaikan Jofi Cako, salah satu warga yang cukup vokal dalam merespons kampanye yang dilakukan WALHI. Menurutnya, kegiatan organisasi tersebut belakangan ini tidak lagi fokus pada persoalan lingkungan, melainkan melebar kepada opini-opini yang menimbulkan kesan negatif tentang masyarakat Kawasi.
“Kalau kita melihat kegiatan yang digelar WALHI, itu terlalu melebar dan jauh mengintervensi persoalan Kawasi yang secara substansi tidak tepat,” kata Jofi. Ia memperingatkan bahwa kampanye semacam itu justru berpotensi memicu masalah baru. “Yang ada apa? Justru bisa menimbulkan ketegangan di tengah masyarakat. Cukuplah membuat opini-opini yang dampaknya kurang baik kepada masyarakat.”
Jofi menyebut bahwa masyarakat Kawasi tidak menutup mata terhadap isu lingkungan, namun ia berharap setiap pihak berbicara berdasarkan data akurat dan tetap menghormati martabat warga. Menurutnya, narasi yang keliru dapat memicu persepsi negatif hingga memengaruhi hubungan sosial antarwarga maupun dengan pihak luar.
Terkait isu air bersih dan listrik yang sering diangkat dalam kampanye WALHI, sejumlah warga menegaskan bahwa masalah itu tidak terkait dengan ketidakmampuan perusahaan dalam menyediakan fasilitas, melainkan persoalan teknis serta tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan sebagian pihak.
“Air itu tinggal main putar di kran. Cuma saudara-saudara kita di bawah (Pemukiman Lama) ini tidak mau pindah, entah dengan alasan macam-macam,” jelas seorang warga yang mengetahui langsung kondisi lapangan. Ia menekankan bahwa fasilitas yang disediakan perusahaan sebenarnya telah mencukupi.
Warga juga menyoroti keberadaan orang luar Kawasi yang diduga melakukan penyambungan listrik liar sehingga mengganggu stabilitas pasokan listrik di kawasan itu. Hal ini bukan hanya membahayakan, tetapi menciptakan persepsi seolah-olah perusahaan gagal menyediakan layanan dasar.“Padahal sebenarnya kalau mereka mau pindah, itu kegelisahan mereka sepenuhnya sudah terjawab,” tegasnya.
Warga Kawasi berharap agar kampanye lingkungan yang dilakukan organisasi mana pun, termasuk WALHI, tetap mengedepankan etika, akurasi data, serta tidak menyinggung kehormatan masyarakat lokal. Mereka menilai bahwa menjaga lingkungan penting, tetapi tidak boleh mengorbankan martabat warga yang justru tinggal dan hidup di wilayah tersebut.
Redaksi: wan
KALI DIBACA