
WARTAGLOBAL — Kamis, 06 November 2025 | Desa Kawasi, Kecamatan Obi kembali menjadi pusat kegiatan positif bagi para petani binaan Harita Nickel. Selama dua hari penuh, para petani mengikuti kegiatan Sekolah Ladang yang diselenggarakan oleh Harita Nickel melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Dengan mengusung tema “Ramah Lingkungan Berkelanjutan”, kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan para petani binaan dalam mengembangkan praktik pertanian yang lebih produktif, efisien, serta ramah terhadap lingkungan.
Program Sekolah Ladang ini tidak hanya menjadi ajang pelatihan, tetapi juga wadah bertukar pengalaman dan pengetahuan antarpetani, terutama dalam mengolah lahan pertanian secara organik tanpa ketergantungan pada pestisida maupun pupuk kimia. Melalui pendekatan teori dan praktik langsung di lapangan, kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan aplikatif bagi seluruh peserta.
Kegiatan Sekolah Ladang dibuka secara resmi oleh perwakilan Harita Nickel, yang dalam sambutannya menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk mendukung pengembangan kapasitas masyarakat di sekitar wilayah operasional, khususnya di bidang pertanian berkelanjutan.
“Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Obi. Melalui kegiatan ini, kami ingin membantu petani meningkatkan kemampuan mereka agar hasil pertanian menjadi lebih baik tanpa harus bergantung sepenuhnya pada bahan-bahan kimia,” ujar Suryo Aji, perwakilan Harita Group dalam sambutannya.
Menurut Suryo, kegiatan ini menjadi bentuk nyata kolaborasi antara perusahaan dan masyarakat dalam menciptakan kemandirian ekonomi lokal. Ia berharap agar ilmu yang didapat selama dua hari pelatihan dapat diterapkan secara nyata di lapangan, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi produktivitas dan kesejahteraan petani.
Kegiatan Sekolah Ladang menghadirkan tiga pemateri utama, yakni Albertus Darukumara, Koordinator Program Salam Kawasi dari Harita Nickel; Darwan Adu Hasan, Ketua Koperasi Tani Bersatu Milenial sekaligus petani binaan Harita yang telah sukses menjalankan program pembuatan pupuk alami; serta Siti Marnia, salah satu petani binaan Harita yang dikenal aktif dalam kegiatan pelatihan pertanian di wilayah Obi.
Ketiga narasumber ini memberikan materi yang beragam, mulai dari pengenalan bibit unggul, pemahaman jenis-jenis tanah, hingga praktik pertanian organik. Dengan kombinasi teori dan praktik langsung di lapangan, para peserta dapat memahami secara komprehensif setiap tahapan penting dalam proses bercocok tanam yang ramah lingkungan.
Pelatihan hari pertama dimulai dengan materi yang dibawakan oleh Ibu Siti Marnia. Dalam sesinya, ia memperkenalkan pentingnya memilih bibit unggul sebagai langkah awal menuju hasil panen yang maksimal. Ia menjelaskan cara mengenali bibit yang baik, memastikan produsen bibit terpercaya, hingga teknik dasar dalam merawat bibit sebelum masa tanam.
“Bibit itu ibarat fondasi dalam pertanian. Kalau dari awal kita salah memilih, maka hasilnya juga tidak akan maksimal,” jelas Marnia saat menyampaikan materinya di depan para peserta.
Setelah pemaparan teori, peserta diajak langsung ke lapangan untuk mempraktikkan cara menyemai bibit yang baik dan benar. Suasana pelatihan terasa hidup ketika para peserta berinteraksi, bertanya, dan saling berbagi pengalaman seputar bibit yang mereka gunakan di lahan masing-masing.
Usai istirahat siang, kegiatan dilanjutkan dengan materi kedua oleh Albertus Darukumara, yang akrab disapa Bang Albert. Ia membawakan topik tentang pengenalan jenis-jenis tanah. Dalam pemaparannya, Bang Albert menjelaskan secara detail karakteristik berbagai jenis tanah yang ada di wilayah Obi serta tanaman-tanaman yang cocok untuk masing-masing jenis tersebut.
Ia juga memperagakan cara mengukur tingkat keasaman tanah menggunakan alat sederhana seperti kertas lakmus, serta cara alternatif lain yang dapat dilakukan dengan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar petani. “Mengetahui kondisi tanah itu penting. Tanah adalah rumah bagi tanaman, jadi kita harus tahu seperti apa rumah itu sebelum menanami sesuatu di atasnya,” ujarnya.
Kegiatan hari pertama ditutup dengan sesi praktik langsung di lapangan, di mana peserta mencoba sendiri cara menguji tanah dan mengidentifikasi jenisnya. Melalui kegiatan ini, para petani diharapkan mampu memahami kondisi lahan mereka sehingga dapat menentukan jenis tanaman yang paling sesuai.
Memasuki hari kedua, suasana pelatihan semakin antusias. Materi kali ini dibawakan oleh Darwan Adu Hasan, Ketua Koperasi Tani Bersatu Milenial. Darwan dikenal sebagai salah satu pionir pertanian organik di Kepulauan Obi yang telah sukses mengembangkan berbagai inovasi ramah lingkungan, khususnya dalam pembuatan pupuk dan pestisida alami.
Dalam pemaparannya, Darwan menjelaskan secara rinci perbedaan antara pertanian organik, pertanian kimia, dan pertanian semi organik. Ia menekankan pentingnya mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia demi menjaga keseimbangan ekosistem tanah serta kesehatan lingkungan.
“Kalau kita terus bergantung pada bahan kimia, tanah lama-lama akan kehilangan kesuburannya. Padahal, banyak bahan alami di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan,” ujar Darwan.
Selain memberikan penjelasan teori, Darwan juga mengajak para peserta untuk langsung mempraktikkan cara pembuatan pupuk organik dari bahan-bahan sederhana seperti sisa sayuran, kotoran ternak, daun kering, dan air cucian beras. Ia juga memperlihatkan cara mengendalikan hama dengan bahan alami seperti ekstrak daun pepaya, bawang putih, dan cabai.
Sesi ini menjadi salah satu yang paling menarik, karena para peserta tidak hanya belajar tetapi juga ikut mencoba langsung proses fermentasi bahan organik untuk dijadikan pupuk cair dan padat. Banyak petani yang mengaku baru pertama kali mengetahui bahwa bahan-bahan di sekitar rumah mereka ternyata dapat diolah menjadi pupuk yang bernilai tinggi.
Menjelang akhir kegiatan, para peserta tampak antusias mengikuti sesi permainan ringan (games) yang dipandu oleh pembawa acara. Suasana pelatihan pun berlangsung hangat dan penuh tawa, namun tetap sarat makna. Melalui kegiatan ini, tercipta suasana kebersamaan antara para petani, perwakilan Harita Nickel, serta para pemateri.
Salah satu perwakilan petani menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia berharap agar program pelatihan seperti Sekolah Ladang dapat dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, sehingga para petani dapat terus mendapatkan pendampingan dan pembaruan ilmu di bidang pertanian.
“Kami sangat berterima kasih kepada Harita Nickel. Lewat kegiatan seperti ini kami bisa belajar langsung hal-hal baru yang bisa diterapkan di ladang kami. Harapan kami, kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini, tapi bisa terus dilakukan secara rutin di setiap desa,” ungkap salah satu petani peserta pelatihan.
Perwakilan Harita Nickel, Suryo Aji, dalam penutupan kegiatan menyampaikan bahwa meskipun pelatihan hanya berlangsung selama dua hari, namun hal ini diharapkan menjadi modal awal bagi para petani untuk mengembangkan pertanian yang berkelanjutan. Ia juga menambahkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan dan pelatihan yang bermanfaat.
“Dua hari memang waktu yang singkat, tapi kami berharap dari kegiatan ini para sahabat tani bisa mendapatkan bekal ilmu yang berguna. Yang terpenting adalah bagaimana ilmu itu diterapkan dan dibagikan kepada petani lain di sekitar kita,” tuturnya.
Dengan semangat kolaborasi yang terjalin antara perusahaan dan masyarakat, kegiatan Sekolah Ladang menjadi bukti nyata bahwa pembangunan berkelanjutan tidak hanya fokus pada sektor industri, tetapi juga pada peningkatan kapasitas masyarakat lokal. Diharapkan, ilmu yang telah dibagikan selama dua hari penuh ini dapat diteruskan oleh para petani kepada generasi berikutnya, sehingga cita-cita menuju pertanian yang mandiri, produktif, dan berkelanjutan benar-benar terwujud di Kepulauan Obi.
Reporter : Faldi Usman
KALI DIBACA