
Hal-Sel, WARTAGLOBAL.id — PT Halmahera Persada Lygend (HPAL), perusahaan pengolahan nikel yang beroperasi di bawah naungan Harita Nickel dan Lygend Resources & Technology, terus menunjukkan perkembangan signifikan dalam produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), bahan baku penting untuk industri baterai kendaraan listrik. Sejak berdiri pada 2018 dan mulai beroperasi penuh pada 23 Juni 2021, HPAL telah menjadi salah satu motor penggerak utama dalam upaya Indonesia membangun posisi strategis di rantai pasok global kendaraan listrik.
Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Pulau Obi, kehadiran HPAL bukan hanya berorientasi pada profit perusahaan semata, tetapi juga memperkuat fondasi transformasi ekonomi berbasis hilirisasi yang tengah digencarkan pemerintah. Kawasan Industri Pulau Obi kini menjadi pusat pemrosesan nikel terintegrasi, dengan MHP sebagai produk unggulan yang terus menunjukkan tren peningkatan produksi dari tahun ke tahun.
Fokus utama HPAL terletak pada pemanfaatan bijih nikel limonit, jenis bijih berkadar rendah yang sebelumnya jarang dimanfaatkan karena dianggap kurang bernilai ekonomis. Melalui penerapan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), bijih limonit kini mampu dikonversi menjadi produk bernilai tinggi seperti MHP, nikel sulfat, dan kobalt sulfat. Supervisor Nickel Sulfat HPAL, Rivaldo Mogot, menjelaskan bahwa teknologi HPAL mampu melarutkan bijih nikel dalam tekanan dan suhu tinggi melalui autoclave, sebelum diekstraksi menjadi mineral murni.
“Teknologi HPAL unggul dari sisi recovery nikel dan kobalt, penggunaan energi yang lebih efisien, serta dinilai lebih ramah lingkungan,” ujar Rivaldo. Keunggulan inilah yang menjadikan HPAL sebagai pionir metode pengolahan bijih limonit di Indonesia, sekaligus mendorong percepatan hilirisasi nikel nasional.
Sebagian besar bahan baku yang diproses HPAL berasal dari operasi penambangan PT Trimegah Bangun Persada (TBP) dan PT Gane Permai Sentosa (GPS), dua pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Pulau Obi. Bijih nikel limonit tersebut kemudian diolah menjadi MHP, sebuah produk antara yang mengandung campuran nikel dan kobalt. Produk ini menjadi dasar pembuatan nikel sulfat (NiSO4) dan kobalt sulfat (CoSO4), dua material penting bagi industri baterai kendaraan listrik.
Nikel sulfat digunakan sebagai prekursor katoda baterai litium, sementara kobalt sulfat berfungsi sebagai material katoda baterai. Keduanya kini sangat diminati mengingat meningkatnya permintaan kendaraan listrik secara global. Perkembangan ini membuat Harita Nickel, melalui HPAL, menjadi pemain kunci dalam memastikan pasokan bahan baku baterai tetap stabil dan berdaya saing.
Peningkatan kapasitas produksi yang terus dilakukan HPAL berdampak langsung terhadap pembangunan ekonomi Maluku Utara. Selain membuka ribuan lapangan kerja bagi masyarakat lokal, investasi besar-besaran dalam infrastruktur industri juga memicu tumbuhnya sektor penunjang seperti transportasi, logistik, dan jasa.
Melalui langkah hilirisasi yang konsisten dan peningkatan kapasitas produksi MHP, Harita Nickel menegaskan komitmennya untuk mendukung ambisi Indonesia menjadi pusat industri baterai kendaraan listrik di Asia Tenggara. Dengan permintaan baterai global yang terus melonjak, kehadiran HPAL di Pulau Obi tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga membawa dampak signifikan bagi percepatan ekonomi nasional dan regional.
Redaksi: wan
KALI DIBACA